Kamis, 02 April 2015

Gladi Tangguh Lapangan

18-19 Februari 2015

Jadi, Februari kemarin YS-K mengadakan Gladi Tangguh Lapangan!
Apa sih Gladi Tangguh Lapangan itu ?
Gladi Tangguh Lapangan atau GTL adalah kegiatan ambalan YS-K untuk berlatih di alam. Pada GTL kali ini, kami memilih Pantai Sadranan dan Goa Kalisuci sebagai lokasinya.


       Rabu (18/02/15), pulang sekolah kami bersiap-siap untuk berangkat. Wacananya adalah berangkat pukul 15.30. Tapi karena menunggu mobil, anggotanya banyak urusan, tunggu-menunggu teman, akhirnya pukul 17.30 kami baru mulai berangkat. Tak masalah, yang terpenting kami berangkat tetap dalam keadaan semangat. Oh iya, sebelum berangkat kami juga ice breaking sebentar bersama Mas Fredo (64). Yah, lucu-lucu agak garing gitu. Walau begitu kami tetap tertawa karena saling coret wajah satu sama lain dengan arang, hehe :)

            Setelah mobil datang semua, orangnya lengkap, kami berangkat! Yeay. Dengan 3 mobil kami bersiap untuk bergembira. Di mobil Mas Joko (51) beserta keponakannya, Mbak Dewi (66) dan para lelaki Yos konon katanya kalem karena mereka tidur. Tenang, tapi sempit. Anak Yos kan badannya lebih besar daripada Kartini (walau jumlahnya lebih sedikit). Mobil Mas Aji, bersama secuil Kartini juga banyak ceritanya. Nah, mobil Mas Ucup yang dikemudikan Bang Itox (55) super berisik. Maklum, di sana ada makhluk bernama Hani. Sampai-sampai Kartini yang lain tidak bisa tidur :D hehe. Rombongan yang ini bahkan lihat jalanan naik turun sepi saja sudah senang sekali. AC dimatikan, jendela dibuka semua selebar-lebarnya. Sensasi anginnya asik lho. Memandang ke bawah dari atas bukit. Melihat matahari hampir terbenam. Setelah gelap, kita tutup lagi jendelanya.

          Lalu kita istirahat dan sholat maghrib sebentar di masjid. Setelah melanjutkan perjalanan, sampailah kita dengan selama sentausa di Pantai Sadranan. Sensasi pertama yang terbayang adalah gelap, sepi, bunyi air, bau asin, dan pasir yang krenyes-krenyes. Yang ada disana cuma penjaga pantai. Bahkan lautnya tidak kelihatan, hanya bunyi air yang berdebur. Lalu saat kami menengok ke atas. Aduhai, bintangnya indah sekali. Banyak, jelas, bersinar, dan tidak terhalang pohon maupun gedung. Kami langsung membangun dome beberapa buah. Lalu para Kartini melakukan kudeta terhadap dome Yos yang besar dan bagus. Yos pun mengalah, ehe.

          Setelah dome berdiri, kami menggelar matras dan tikar lalu mengeluarkan semua cemilan. Beberapa Kartini pun memasak untuk makan malam. Lalu yang lain ada yang menyalakan api unggun, mengobrol, bermain gitar. Obrolan kami mulai dari alasan masuk ambalan, pengalaman PDT, menjodoh-jodohkan orang, karaokean bersama dengan suara pas-pasan. Kami juga diajari sedikit cara membaca rasi bintang. Lama-kelamaan, mulai banyak yang datang dan berkemah juga di pantai. Untung saja kami datang lebih awal, sehingga bisa memilih tempat yang nyaman. Setelah makan besar (catatan : cemilan sudah banyak yang berpindah ke perut) hasil masakan para Kartini, ada yang tidur, ada yang sholat, ada yang masih mengobrol, ada yang main kartu.
               
            Sekitar pukul 2 dini hari, terdengar suara aneh. Gerimis. Dan Endang tertidur di luar seorang diri. Kita bangunkan untuk pindah ke dome. Dia menggelinding antara sadar dan tidak sadar. Beberapa Yos tidur di gubuk kecil di dekat dome kami karena dome mereka yang sempit (akibat dikudeta para Kartini) tidak muat, hahaha.
            
             Kamis (19/02/15) -kebetulan sedang libur imlek- kami terbangun dalam keaadaan masih gerimis. Sayang sekali, tidak bisa melihat  sunrise secara langsung. Tapi tak apalah, masih banyak hal yang bisa dilakukan. Laut di depan kami terlihat jelas. Ternyata dekat sekali dengan tempat kami tidur. Sekitar pukul 7 pagi, kami bersiap snorkling  setelah memakan sisa cemilan. Lalu kami diajari cara menggunakan peralatan  snorkling. Awalnya ada satu-dua yang menolak ikut ke laut. Entah karena tidak bisa berenang, takut, dan sebagainya. Akirnya semua bersedia mencoba dan justru ketagihan. Kezia tiba-tiba kehilangan sandalnya karena hanyut. Dan dia menggunakan ... s e p a t u ... iya sepatu sekolah, untuk berenang. Namun, bila tanpa alas kaki kemungkinan tergores terumbu karang lebih besar.

         Sesekali air yang asin terminum. Kami tidak ingin membayangkan apa yang mungkin terkandung di air tersebut. Momen seperti ini tentu saja tidak bisa dilewatkan tanpa foto. Sayang, beberapa foto di dalam air hasilnya kurang bagus. Mungkin pemandangan bawah air di pantai tersebut tidak seindah yang di Raja Ampat, tapi kami tetap senang karena bisa mencoba hal-hal baru. Walau ikan-ikannya sedikit sekali, asik sekali ketika mereka berenang di dekat kakimu. Kami lalu berenang sepanjang tepi pantai. Lalu nampak beberapa pantai yang tidak terlalu jauh dari tempat kami berkemah. Namun kami terlalu lelah untuk ke sana (dengan berenang). Akhirnya kami beristirahat dan duduk di tepi pantai. Memandang ombak di lautan yang kian menepi. Burung camaaaaar~ (eh, tidak ada burung camar. hanya lagu semata). Sesekali ombak menerpa kami. Bila ombaknya sedikit besar, kami akan terdorong jauh. Dan itu menyenangkan. Pasir-pasir putih yang diduduki pun terasa empuknya. Kemudian kami saling melempar pasir. Yang paling banyak dilempari adalah Hani, yang akhirnya dikubur separuh badan. Mas Yasin justru sedang berusaha mendekati seseorang, ahay.

            Puas dan lelah bermain air selama kurang lebih dua jam, kami memesan makanan di warung kecil setelah membereskan peralatan snorkling. Amboi! Karena lapar, nasi hangat beserta tempe dan air mineral pun terasa nikmatnya. Sembari makan, kami menonton Mas Aji dan Bang Itox berlatih memanah di pantai. Sebetulnya kami juga akan diajari. Tapi, sudah terlalu lelah. Usai makan dan berganti pakaian, saatnya membongkar tenda dan berkemas-kemas. 

             Di perjalanan menuju Goa Kalisuci, semua tenang karena tertidur. Sesekali saja obrolannya. Sesampainya di Goa Kalisuci, kami mendaftarkan rombongan kami untuk cave tubing. Karena rombongan kami sangat banyak, kami harus mengantri cukup lama. Kami mengisi waktu dengan guyon ala kami dan ujian sku. Baru sadar, para Yos kompak hanya memakai kaos dan celana pendek. Sandal pun satu pasang untuk berdua (satu orang pakai yang kanan saja dan sebaliknya). Dan ketika mereka berjalan bersama untuk sholat. Terkesan seperti para pemuda sedang bermain di rumah sendiri saking santainya.

              Saat giliran kami (akhirnya) tiba, kami memakai alat-alat yang tersedia. Lalu mulai turun ke lokasi. Ketika melihat sungai yang arusnya deras, suasana gelap, dan dinding gua yang tampak tajam, jujur saja admin merasa cemas. Endang juga demikian. Begitu turun dari batu yang licin dan duduk diatas ban besar untuk mengapung di sungai, semua rasa cemas itu berganti dengan adrenalin dan rasa senang. Sensasi meluncur mengikuti arus dan terbentur ke dinding gua (kami sudah menggunakan alat pengaman sehingga aman) asik sekali. Yang tidak menyenangkan adalah ketika ban yang kita pakai menyangkut di bebatuan sungai. Susah bergerak. Lalu kami berfoto-foto. Bila bagian sungainya sedang dalam atau arusnya, kami menggunakan ban. Jika tidak, berenang biasa. Walaupun airnya lebih dangkal tetap saja ada yang kesusahan bergerak karena kakinya pendek (tidak perlu disebut namanya). Tentu saja kami memakai pelampung, jadi yang tak bisa berenang pun tetap aman. Sesekali kami mengobrol dengan petugasnya atau saling menggoda satu sama lain.

           Lama-kelamaan, kami mulai terbiasa dibawa arus, suasananya yang teduh, airnya yang segar, pemandangan yang indah. Tiba-tiba saja kami dihentikan petugas. Ternyata sudah selesai jalur cave tubing yang kami ikuti. Kami naik untuk kembali ke lokasi semula. Karena badan lelah dan basah, naik tangga saja terasa sangat berat. Beberapa orang sering berhenti karena lelah. Setelah sampai di lokasi semula, kami minum teh yang disediakan dan berganti pakaian.

           Tentu saja kami lapar. Kebetulan ada alumni yang tinggal tak jauh dari Goa Kalisuci bersedia menjamu kami. Kami merasakan nasi merah yang khas dari Gunung  Kidul. Memang dalam keaadaan lapar apapun terasa berkali-kali lipat nikmatnya. Sepanjang perjalanan pulang kami tetap semangat dan mengobrol dengan seru walau tidak seperti saat akan berangkat. Setelah sampai di sekolah, kami pulang :D



GTL waktu itu sangatlah menyenangkan. Kami bisa merasa bebas dan jauh dari masalah-masalah yang mungkin sedang mengganggu. Terasa tidak ada beban. Kenapa bisa sangat menyenangkan ? Kegiatannya asik ? Bukan. Kegiatannya memang asik, tapi yang membuat semuanya lebih menyenangkan adalah kebersamaannya. Karena bersama ambalan YS-K, kami berbahagia.
Mungkin hanya kalimat "mengobrol" "guyon" yang sering dituliskan. Dan terkesan tidak menarik. Tapi sesungguhna obrolan kita itulah yang menyenangkan. Bagi orang-orang yang paham, mereka akan tertawa :D hehe
Bahkan 70 ( yang saat ini berjuang untuk menghadapi UN ) merasa iri dan ingin ikut. Hehe


BONUS PERCAKAPAN :
F= Fatwa H=Hani T=Teman
T : Ambalan mau ke mana e kok rame-rame ?
F : GTL
T : GTL itu apa ?
F&H : Bersenang-senang!
(Kesimpulan : deskripsi GTL yang sebenarnya bagi kami adalah bersenang-senang, bukan Gladi Tangguh Lapangan)

-Sedang menunggu GTL selanjutnya-

adminHKS

0 komentar:

Posting Komentar

www.ayeey.com www.resepkuekeringku.com www.desainrumahnya.com www.yayasanbabysitterku.com www.luvne.com www.cicicookies.com www.tipscantiknya.com www.mbepp.com www.kumpulanrumusnya.com www.trikcantik.net